teras depan

Monday, March 26, 2012

Sebuah catatan kecil di tengah kesunyian Bali…


foto diambil di tirta empul , gianyar Bali, dengan FM10


Sebenarnya saya sudah cukup lama tinggal di di pulau dewata ini, tapi ini benar-benar kali pertama saya menikmati Nyepi. Sebelumnya saya malah memilih  kabur ke pulau seberang timur, pulau Lombok dan tiga pulau Gili.  Memilih kabur dari kesunyian, tapi tahun ini saya putuskan untuk ikut larut ke dalam nya.

Mungkin saya tidak benar-benar menyepi seperti yang dilakukan kawan-kawan umat Hindhu Bali dengan melakukan tapa bratha, yaitu sebuah penyepian dengan 4 pantangan (tidak menyalakan api, tidak bekerja, tidak berkeinginan, dan tidak makan minum). Saya jelas kebingungan kalau harus tidak berbuat apa-apa,  Jadi saya masih saja melakukan aktifitas menonton dvd , berselancar di dunia maya, menyelesaikan bacaan yang tertunda dan juga (belajar) menulis.

Awalnya terasa aneh memang melihat lingkungan yang senyap, padahal malamnya jalan penuh sesak melihat ogoh-ogoh dengan beragam bentuk raksasa dan ramai riuh suara gamelan, lalu paginya tiba-tiba senyap. 

Tapi saya menikmati nyepi pertama saya ini, saya rasa memang pada akhirnya manusia perlu mendapat sedikit jeda dalam hidupnya.  Menikmati hening dan sunyi untuk mulai  bercermin apa saja yang sudah dan akan dilakukan. Mungkin nyepi adalah hari yang di sediakan Bali untuk kita untuk berkontemplasi lebih dalam. Keheningan ini ternyata mebuat saya justru lebih banyak membaca dan menulis, entah kapan lagi saya punya waktu sehening ini untuk “belajar”. bagi sebagian orang keheningan mungkin terasa janggal dan membosankan, tapi saya meyakini bahwa harus ada keheningan walau sesaat dalam hidup kita.

Mungkin ada baiknya kita juga kalau kita "Nyepi" di hari-hari lain, bukan sekedar keluar dari rutinitas tapi juga menikmati jeda. Jeda yang sunyi agar kita bisa menyusun ulang lagi isi kepala kita, menatanya dan merencanakan langkah. Hari-hari kita penuh dengan riuh dan hiruk pikuk segala rutinitas dan masalah seperti tidak ada henti menyapa hingga kita tidak sempat berfikir dengan khusyuk karrena sibuk bergerak, kita benar-benar butuh jeda dalam hidup kita, agar kita bisa lebih tenang menyusun langkah untuk kembali terjun ke dalam hiruk pikuk dunia.

Sayang langit Bali sedikit mendung dan beberapa kali turun hujan pendek, hingga tak banyak bintang terlihat untuk di nikmati (pasti mngagumkan sekali melihat bintang-bintang di saat kota benar-benar gelap dan sepi), namun langit sore itu sangat menawan dengan warna senjanya yang kemudian segera berubah gelap, dan saya pun kembali membenamkan diri di dalam kamar.


Terima kasih Bali telah karena memberi jeda yang hening di antara tumpukan rutinitas. 


rizekiraharja