teras depan

Thursday, November 10, 2011

Pria Berkaloeng Soerdjan..




"mas, kok seneng pake baju lurik sih?" begitu celetuk tanya seorang kawan di sebuah pertemuan. hmm knapa ya? mungkin karena unik dan saya pikir ini adalah satu bentuk apresiasi pribadi saya pada budaya indonesia terutama Jawa (Jogja adalah kota yang membesarkan saya), sekaligus sebagai ungkapan identitas budaya. 

kalo pakaian menjadi sebuah ungkapan identitas, lalu kenapa bukan batik? bukankah batik adalah pakaian nasioal dan sudah terkenal sebagai identitas bangsa. pertanyaan itu meluncur setelah pertanyaan pertama belum selesai dijawab. hmmmm benar juga ya, kenapa bukan batik yang saya pilih untuk saya kenakan. Tapi kalau saya pikir-pikir lagi, batik sudah banyak yang pakai dan khasanah budaya kita tidak cuma batik dan saya pikir perlu juga untuk mengkampanyekan "fashion'' tradisional yang lain. Dan hati ini tertambat pada surjan lurik, karena saya cukup dekat dengan budaya jawa-jogja walau orang tua saya dayak dan sunda. selain itu surjan lurik sangat nyaman dan ringkas, kadan saya pakai sebagai jaket dan seringnya saya menjadikan sebagai syal.

Thursday, October 27, 2011

wave.swirl.cope.flow ?

beberapa hari ini kepala dipenuhi dengan ombak. maksudnya, saya sedang mengulik betuk ombak yang nanti nya menjadi entrance sebuah hotel di dekat kuta. pantai dengan suasana anak pantai...
 kebetulan di dalam tim desain hotel saya mendapat sebuah tugas untuk mengolah entrance dan "ombak" menjadi kata kuncinya. langsung saja ada tsunami di kepala saya, langsung jungkir balik membuat sebuah entrance dengat kata kunci "ombak".

selain sebagai entrance yang mmengundang ada pontensi "ombak" ini bisa menjadi sculpture yang eye catching sekaligus tepat yang seru untuk foto-foto. ya ombak yang biasa kita lihat d pantai itu sekaran coba di bekukan dan diletakan di depan sebuah hotel. yang jelas tidak mungkiin saya secara mentah dan apa adanya menaruh bentuk ombak. pastinya si Ombak ini akan coba gali karakteristik bentuknya sehingga bentuk ombak bisa di taruh dengan menraik sebagi penyambut tamu.

yang saya rasakan wave (ombak) berbentuk swirl ( cukup sulit mencari padanan yg tepat, tapi maksudsaya adalah pusaran yang melingkar)/ menggulung, bila kita di bawahnya maka akan terasa ada cope (naungan, bayakkan saja seorang surfer sedang menembus gulungan ombak ) dan pastiya sebuah flow (aliran).  swirl, cope dan flow coba di terjemahkan ke dalam bentuk. sampai saat ini saya masih berusahan corat-coret sana sini untuk menerjemahkan nya.

ya kita lihat saja nanti bagaimana ombak ini nantinya menyambut para tamu yang akan menginap.


rizekiraharja





Saturday, July 2, 2011

berbagi di bawah naungan pohon...


Sepiring penne carbonara menemani perbincangan hangat diruang makan popo danes architect t. Sesekali melihat ke halaman tengah, khawatir kalau saja akan turun hujan. Ya…hari itu saya mendapat sebuah kesempatan yang sangat berharga, untuk berbagi pnegalaman di di acara bulanan di danes veranda yaitu architecture underbig3 architectsunderbig3.….. sebuah kehormatan besar mengingat belumlah menjadi arsitek yang bisa diperkitungkan ( saya masih dan terus berusahan mencapainya) , dan ini adalah Bali pulau dimana banyak sekali calon arsitek sanpai arsitek tersohor berkarya …….

Monday, April 4, 2011

Mungkin saya ada disisi Bali yang lain ( bisa saja kan?)

               
Pada saat pertama menyadari mendapat kesempatan untuk merasakan berkarya di Bali, pikiran saya langsung melayang memikirkan atmosfer Bali yang pastinya ( menurut saya waktu itu) inspiratif untuk berkarya. Walaupun masih berada di Jogja, tapi saya sudah membayangkan apa saja yang akan saya lakukan di Bali.
            Dan inilah saya di Bali sekarang, menatap Bali yang sepertinya mulai tidak seperti Bali di angan saya selama ini. Bali yang saya kenal dulu sepertinya tidak seperti ini. Bali yang awalnya saya pikir adalah tempat yang sangat tenang  untuk berimajinasi dan bergeliat dengan gagasan, kini berubah mejadi medan tempur antara ide-ide dan transaksi jual beli. Awalnya saya berharap saya akan dapat menjadi media pewujud mimpi di Bali, dan ternyata kini saya malah merasa menjadi penyedia suplier hunian beton untuk pemegang modal. Apa mungkin saya terdampar di Bali yang lain….? Bisa jadi.
            Wajah Bali pun sepertinya banyak berubah ya? Apa saya yang salah mengenali Bali? Kadang saya tak merasa berada di Bali kalau saja saya tidak melihat sesajen di pinggir jalan atau padmasana di tiap sudut bangunan.  Bali sudah bergerak cepat ( sepertinya ). Tapi yang masih terlintas di kepala saya adalah, kemana Bali bergerak? Siapa yang memegang kendali dari laju Bali?
Seringkali saya mendapatkan arsitek di Bali diceramahi oleh petugas pemerintah mengenai arsitektur dan ornamen bali yang semestinya terdapat di karya mereka agar dapat mengajukan IMB. Namun yang disayangkan,  arsitektur  Bali yang diminta dinas Pemerintahan tersebut  itu hanya sekedar aksesoris, tak beda dengan pakaian adat yang hanya dipakai dalam karnaval setiap tanggal 17 agustus. Apakah Bali akan dibawa ke arah dimana detail arsitektunya menjadi sekedar kosmetik, yang bisa saja hanya sekadar syarat agar IMB bisa didapat? Entah kemana arsitektur Bali akan terus bergerak.
Mungkin saya masih awam dengan Bali, mungkin saya masih jet-lag di Bali. Mungkin saya berada di sisi Bali yang lain….


rizekiraharja

   (esai untuk mengikuti workshop 'Dimanakah Batas Bali?' architect under big 3 bersama Adi Purnomo)