Sebenarnya jumat malam itu (6 April 26, 2012 ) kawan saya Errik baru saja mendarat di Adisucipto dari Ngurah Rai, dan kawan saya satu lagi bung Muh Darman juga sudah tiba dari Solo. Maam itu kami akhirnya bertemu dan berkumpul di Jogja, dalam rangka berptualang dan mengunjungi kegiatan “Merajut Bambu Seribu Candi” di Borobudur.
Ide awalnya kami mau keliling Solo dan
Jogja dulu sebelum menuju workshop bamboo di Borobudur. Dan saya kedapatan
sebagai tuan rumah di Jogja, jadilah mereka bermalam di rumah sederhana saya di
Maguwoharjo.
Saya yakin kawan-kawan saya
sudah lelah karena perjalanan mereka dan waktupun sudah cukup malam, namun Errik
dengan bersemangatnya memberitahukan bahwa ada acara diskusi menarik mengenai
seni rupa di IVAA (Indonesian Visual Art Archive). Dan segeralah errik menguhubungi
mas Yoshi Fajar
Kresno Murti (coordinator of
research and program development di IVAA), tapi sayang Errik ternayata
lupa minta nomor telepon genggam mas Yoshi ( kami sempat berjumpa dengan mas Yoshi
di Bali lebih tepatnya di taman65 saat peluncuruan buku “REKA ALAM”Praktik SeniVisual dan Isu Lingkungan di Indonesia (Dari Mooi Indie HinggaReformasi) Setelah berhasil konfirmasi dengan mas Yoshi, berkat jaringan luas
Darman. Setelah mantap dengan langkah selanjutnya maka obrolan diteruskan di
rumah saya sembari mnaruh barang bawaan dan santap malam di rumah.
ruang dimana apresiasi seni sering adakan. |
mezzanin dengan kolom yang sangat besar, nantinya ada kemungkanan berlantai 3 |
Lupa persis waktunya, kami langsun
meluncur ke IVAA yang berlokasi di Jalan Ireda Gang Hiperkes MG I-188 A/B Kampung
Dipowinatan, Keparakan Yogyakarta
( belakan THR jogja). Cukup jauh memang bila kami berangkat dari Maguwo (walau
bagi saya pribadi di jogja tidak ada yang jauh). Ternyata setibanya di IVAA
acara diskusi sudah bubar dan terlihat sosok mas Yoshi datang menyambut (atau menunggu lebih tepatnya) tamu
kemalamnnya ini.
Kami dipandu keliling markas IVAA yang sangat sederhana namun menarik ini, selain sebgai coordinator research di IVAA, mas Yoshi juga menjadi
arsitek yang merancang markas IVAA ini. Memasuki area data, kami terkagum
kagum dengan arsip dokumentasi yang luar biasa banyaknya dan konon ini belum
semuanya. Saya sebenarnya terheran-heran
dengan kolom kolom raksasa dyang disambungkan dengan kuda-kuda secara yang
tidak permanen sepertinya, buat apa kolom sebesar itu? Dan mas Yoshi pun
langsung menimpali “ karena bisa saja kelak bangunanini kan berlantai 3, jadi
tingla buat lantai baru dan kuda-kuda siap diangkat lebih atas lagi”.
kantor yang unfinish?? |
kumpulan rekam jejak perjalanan senirupa indonesia |
Kemudian beranjak lagi ke area kantor IVAA,
terlihat unfinish memang tapi rupanya akan menjadi kanvas bagi seniman apa saja
untuk menorehkan karyanya. Ruang kantor ini berbeda seperti kebanyakan kantor
lainnya, yang necis dan klimis. Sempat terbesit mungkin kelak kalau punya
kantor sendiri bisa jadi akan seperti ini, karena tersa sangat hangat dan jauh
dari persaan ngantor.
Puas keliling kantor, lalu kami ngobrol santai
berempat di bagian tengah yang beberbtuh ampiteater kecil, disinlah sering
diadakan acara-acara IVAA seperti diskusi senirupa yang kami lewatkan tadi. Ditemani
secangkir kopi hitam dan alunan suara tembang jawa yang samar keluar dari radio
sang penjaga malam. Obrolan ngalor ngidul mulai sejarah IVAA sendiri yang
berdiri tahun 1997 dan sempat dikenal sbagai Yayasan Seni Cemeti. IVAA bergerak
tidak hanya mengumpulkan data dan dokumentasi perjalanan seni rupa
indonesiatapi juga mengambil peran sebaga laboratorium kreasi dan penggugah
wacana-wacana keseni rupaan Indonesia. lebih lanjut tentang IVAA : http://www.ivaa-online.org/
Karena pada dasarnya yang berkumpul
ini berlatar belakann arsitektur, tak ayal lagi obrolan ngalur ngidul ini
berpindah haluan dari senirupa ke rancang ruang dan bentuk. Menarik sekali
ketika mas Yoshi menuturkan proses kreatif dan prosen membangun markas IVAA
ini. Bagaimana tenaga tukan benar- benar diberdayakan, material yang ada di
manfaatkan. Rumah IVAA sendiri hadir membaur dengan masyarakat sekitar, sosok
rumah IVAA seperti hadir dari bagian linggkungan sekitar. Kadangkala rumah IVAA
sempat menjadi venue acara masyarakat sekitar, semangat memasyarakat ini sangat
menarik sekali disimak. Bicara mengenai
desain arsitektur sepat dibahas bahwa arsitektur dalam bentuk atau langgam
mungkin saja sudah tutas semua sudah di keluarkan, yang penting adalah
bagaimana karya arsitektur itu berdampak kepada sekitar.
Malam itu obrolan cukup panjang dan
mengasyikan, sayang kemampuan melulis saya kurang untuk bisa merangkum semuanya
dan tersampaikan ke semua orang. Yang jelas obrolan malam di rumah IVAA sudah
banyak menambah wawasan saya mulai seni rupa sampai arsitektur. Dan malam makin
larut dan seorang kawan ada yang terkantuk-kantuk maklum baru saja tiba di Jogja dan belum rehat yang cukup
sedangkan perjalanan esok hari masih panjang. Mungkn sekitar jam satu malam
kami sudahi obrolan dan menuju kembali ke Maguwo untuk istirahat tidur.
rizekiraharja
No comments:
Post a Comment