teras depan

Thursday, October 4, 2012

sebuah pameran bersama komunitas suku analog


ketika photography menjadi sangat mudah dilakukan, denngan tehnology dijital yang sangat mempersingkat proses fotography. saya dan beberapa kawan malah menjebakan diri kami dalam fotography lawas bahkan primitif bila mengingat sekarang adalah era dijital dan eranya mega pixel.

tapi kawan-kawan saya di suku analog ini ternyata punya cara lain dalam menikmati seni merekam dan melukis cahaya, alih-alih dengan mega pixel kami coba tangkap cahaya denga lembaran-lembaran seluloid. dan bertempat di Art Cafe, Jl. Sari Dewi 17, Seminyak , kami nekat berpameran. pameran kami buka tanggal 14 september 2012 dan berakhir seminggu kemudian.




memang sekarang era dijital, dan kamera analog sudah banyak yang meninggalkan bahkan mungkin sudah tidak ada yang mengenalinya lagi. padahal bagi kami analog adalah salah satu dasar dalam fotografi.



Suku analog sedikit dari (mungkin) banyak orang masih menikmati romantika merekam cahaya dalam lembaran film. Bila ditanya apa alasanya kenapa masih meenggunakan film, maka jawabannya bisa beragam dan tak ada salah dan betul dalam hal ini. Namun kami sepakat bahwa ada proses yang kami nikmati dari mulai memasukkan canister berisi seluloid, membidik adegan atau komposisi 

yang buat kami tertarik, memprosesnya (entah proses cuci sendiri atau ke lab photo) dan kemudian mencetaknya..ya saat ini kami terbatas dalah beberapa tahap proses yang mestinya kami lalui secara utuh, masih banyak kendala ini dan itu. Tapi bukan berarti kami surut untuk belajar, dan pameran ini langakah awal kami sekaligus sebuah salam kenal dari kami..sebuah pameran untuk apresiasi beberapa proses yang masih belum lengkap…dan kami segera ingin melengkapinya…



Suatu saat nanti kami ingin membuat sebuah pameran photo yang proses dari terekamnya cahaya himga berupa citra yang tercetak dalam lembar kertas, semuanya melalui proses manual...ya kami ingin belajar mencuci film dan mencetaknya dengan manual bukan dengan mesin cetak ?printer. proses itu masih panjang, kami masih harus mengumpulkan dan menata pengetahuan tentan fotografi analog ini ..



untuk smentara waktu mari apresiasi foto hitam putih yang tergantung ditiap sudut art cafe sembari ditemani secangkir kopi atau teh. karena malam itu sungguh menyenangkan sebuah apresiasi setidaknya baut kami sendiri yang memajang foto hitam putih hasil bidikan dengan kamera tua. tak sedikit. hiburan dari kawan-kawan yang pandai bermusik pun mengalun mengiri pengunjung yang menikmati foto atau terheran-heran dengan kamera tua yang kami pajang di sudut .


ini adalah pameran pertama suku analog, artinya akan ada pameran lagi...

















rizekirahrja//rizuchi

No comments:

Post a Comment